Menunggang Kuda Lumping, Mengangkat Budaya Luhur

  • Aug 12, 2022

Penari-penari yang molek dengan tunggangan kuda lumping diiringi dengan musik gamelan sungguh menarik perhatian penonton. Itulah kesenian jaranan. Di tanah Jawa ini, jaranan menjadi ciri khas yang cukup terkenal dan dekat dengan kehidupan masyarakat. Demikian pula di Desa Sekarbanyu, jaranan merupakan salah satu kesenian yang terus dilakukan dan dilestarikan. Tahun ke tahun, jaranan selalu hadir dalam beberapa perayaan penting. 

 

Beberapa perayaan yang selalu menghadirkan jaranan adalah perayaan tahun baru Jawa pada 1 Suro, hari ulang tahun desa, dan acara-acara khusus lainnya. Tak hanya sebagai pemeriah acara, jaranan juga dibawakan untuk memberikan ajaran dan meneruskan tongkat estafet kebudayaan. Menurut ketua jaranan di Desa Sekarbanyu, Pak Sukadi menjelaskan bahwa jaranan merupakan ajaran dari Sunan Kalijaga yang terus menerus dilestarikan agar nilai-nilai yang disampaikan tidak punah.

 

Dalam pelaksanaan jaranan, ada beberapa hal yang diperlukan, diantaranya adalah sesajen yang meliputi kembang, dupa ratu menyan (wewangian), dan mayu wangi. Ada pula seperangkat alat musik gamelan dan juga beberapa perlengkapan tari. Dibutuhkan pula para penari laki-laki yang akan menampilkan tari barong. Sedangkan untuk penari perempuan akan menampilkan tarian pegonan. Terdapat beberapa tarian dalam rangkaian acara jaranan, diantaranya adalah tari remong, tari ganongan, tari celengan, tari perang barong, tari jathilan dan kalapan.

 

Demikianlah nilai dan kekayaan di dalam jaranan yang ada di Desa Sekarbanyu. Jaranan tak boleh hanya berhenti di generasi ini, melainkan perlu terus dilestarikan agar tak kehilangan dari ciri khasnya. Dengan jaranan, Desa Sekarbanyu juga turut meletakkan ajaran dan kekayaannya untuk meneruskannya pada generasi selanjutnya.